Hujan itu akhirnya turun juga. Menumbuhkan pohon –
pohon semangat berhawa jihad
Episode 8
Semangat Baru
Langit
seakan memerah. Terik matahari seakan membara membakar bumi. Panas hari ini
melebihi hari biasanya. Angin sepoi – sepoi berhembusan. Menemani hembusan
nafas yang dipenuhi semangat. Hembusan nafas dari seorang anak di sebuah pondok
sederhana. Sebuah tempat yang diisi oleh para manusia bernafas jihad.
Dimana
– mana terdengar suara para santri berteriak – teriak meneriakkan pelajaran
mereka. Di kelas, masjid, kebun,
atau dimana saja dalam lingkungan pesantren ini sesuka guru masing – masing kelas mencari suasana yang enak dalam belajar. Semua belajar dengan penuh semangat.
atau dimana saja dalam lingkungan pesantren ini sesuka guru masing – masing kelas mencari suasana yang enak dalam belajar. Semua belajar dengan penuh semangat.
Sungguh
nafas – nafas jihad berhembusan dimana – mana dalam pondok sederhana ini. Para
santri yang belajar berjihad dalam mempelajari pelajaran mereka. Guru – guru
berjihad menghamalkan ilmu – ilmu mereka. Jihad, jihad, dan jihad. Rasulullah
pernah bersabda yang artinya “siapa saja yang keluar dari rumahnya untuk
menuntut ilmu maka ia ada di jalan Allah sampai ia pulang”. Semua santri pergi
meninggalkan rumah mereka menuju ke pondok ini untuk menuntut ilmu. Para guru
juga meninggalkan rumah mereka untuk mengamalkan ilmu – ilmu mereka. Selama
mereka ada disini mereka adalah pasukan jihad. Jihad dalam menuntut ilmu.
Selama mereka ada disini maka mereka berada dalam zona fisabilillah. Jika maut menjemput maka mereka meninggal dalam
keadaan fisabilillah. Ini berarti
menyatakan kalau ia mati dalam keadaan syahid. Sungguh selama mereka masih
berada disini maka pahala Allah akan terus mengalir menjadi sebuah bekal menuju
akhirat.
Semua
nafas jihad itu mengebu – ngebu mengiringi perjalananku di pesantren ini. kali
ini aku sungguh merasa semangat yang sangat berkobar – kobar di dada. Saat
waktu subuh tiba aku segera bangun tanpa bermalas – malasan lagi. Segera menuju
masjid dan berteriak – teriak untuk menghafal al-Qur’an. Hasilnya aku selalu
berhasil menjadi penyetor hafalan pertama dengan jumlah ayat yang lumayan.
Selesai waktu tahfidz aku segera mandi dan bersiap – siap menuju kelas. Di
kelas lagi – lagi aku berteriak – teriak menghafal pelajaran. Soal bahasa arab
aku selalu dibimbing oleh ustadz Ya’kub. Seorang yang disebut sebut sebagai
master bahasa arab di pondok ini entah kenapa sangat senang mengajariku. Bukan
hanya bahasa arab saja, tapi pelajaran – pelajaran yang lain. Di luar kelas aku
menjalani semua aktivitas dengan ikhlas. Aku menikmati semua tanpa merasa
terbebani. Bersama teman – teman yang lain aku merasa senang menjalani semua
ini.
****
Seorang
pengurus mengumumkan bahwa pondok ini ingin mengadakan lomba pentas seni.
Isinya adalah lomba apresiasi panggung. Semua santri di bagi – bagi dalam
banyak kelompok dan berlatih untuk menampilkan yang terbaik di atas panggung
nanti.
Saat
waktunya tiba semua santri berkumpul di aula. Sebuah panggung sederhana dibuat
untuk acara nanti. Lomba – lomba berkelompok terdiri dari lomba – lomba
teather. Sisanya ada lomba yang mengutuskan perorangan dalam penampilan mereka
yaitu lomba adzan dan lomba tahfidz.
Saat
acara berlangsung ada suatu hal yang sangat mengejutkan. Ahmad Syafi’I, bocah
yang aku anggap sebagai rival dalam menghafal al-Qur’an itu naik ke atas
panggung sendirian. Ia tampil dalam lomba tahfidz. Sungguh terkejutnya aku saat
mengetahui bahwa ia maju dalam menampilkan hafalannya yaitu sebanyak 1 juzz.
Juzz itu adalah juzz ke 30. Hafalan yang ditugaskan untuk seluruh santri baru
dalam satu tahun pertama. Tetapi hari ini dia berhasil menyatakan dirinya telah
menghafalnya dalam jangka waktu tiga bulan. Hal itu ia buktikan pada
penampilannya.
Sepanjang
bacaan yang ia baca. Kemampuan menjawab ketika ditanya para juri dengan cara
meneruskan bacaan yang ia baca. Semua ia tampilkan dengan tenang tanpa
kesalahan. Dalam hati aku merasa kagum dan kesal. Kagum akan kemampuannya dan
kesal pada diri sendiri yang selalu tertinggal olehnya.
Sejak
itu aku semakin bersemangat dalam menghafal. Semakin lama disini aku jadi
semakin mudah dalam menghafal. Ini menjadikan setoran hafalanku melesat dengan
cepat. Dalam waktu dekat akan ku kejar rivalku itu.
Semakin
hari semakin banyak ayat yang ku hafal dan akhirnya aku berhasil menghatamkan
satu juzz dalam juzz 30. Syukur Alhamdulillah yang telah memberikanku izin
untuk menghafal firmanNya. Muqri memberitahukan bahwa aku harus menemui ustadz
yang bernama ustadz Mulyadi. Dia adalah seorang ustadz yang telah berhasil
menghafal alqur’an seutuhnya. Dan mulai hari itu aku menjadi murid khususnya
untuk di tashih bacaan alqur’an.
Ustadz
Mulyadi menyuruhku membawa pensil setiap kali datang padanya. Dengannya aku
harus mengulang – ulang ayat – ayat yang kuhafal. Jika diketemukan kesalahan
dalam pembacaan tajwid ia akan segera mengetuk tongkatnya ke meja. Ayat dimana
aku melakukan kesalahan harus diberi tanda dengan pensil yang kubawa. Selesai
mengaji ayat – ayat yang ditandai itu harus terus ko koreksi bacaannya. Dia
tidak mau jika aku melakukan kesalahan dalam bacaan untuk kedua kalinya.
Sungguh tak kusangka dalam bacaanku banyak sekali ditemukan kesalahan dalam
bacaan. Setiap kali aku sedang membaca dan tiba – tiba ia mengetuk tongkat
kecilnya aku akan segera terkejut dan terkadang membuatku lupa ayat yang sedang
kubaca. Semua ini sungguh di luar dugaan. Ternyata tidak mudah dalam pelatihan
membaca al-Qur’an dengan tajwid yang benar.
Setelah
cukup lama akhirnya aku berhasil dinyatakan lulus olehnya. Kemudian ia akan
mengadakan acara sima’an[1]
untukku. Ia juga mengundang orang tuaku.
Saat
waktunya tiba kedua orang tuaku datang dan masih belum mengerti betul untuk apa
mereka diundang datang. Akupun masih belum mengerti. Sehabis magrib sebuah
ruangan dirapihkan. Ada beberapa orang disana. Mereka kelompok tahfidzku dulu.
Disana aku harus duduk di depan penonton dan membaca hafalanku mulai dari surat
anNaba sampai anNass. Lengkap semua satu juzz. Pembacaan kali ini menggunakan
speaker sehingga terdengar ke seluruh pelosok pesantren. Kedua orang tuaku
duduk manis di depan sambil kanan memperhatikan aku yang sudah mulai
menggenggam mic.
Waktunya
dimulai. Ada sedikit rasa gugup namun segera kuhilangkan rasa itu denga
meyakinkan diriku bahwa aku bisa. Kumulai dengan surat alfatihah dan segera
masuk ke surat pertama, surat anNaba. Bersambung terus ke surat anNaziyat,
kemudian surat abBasa dan seterusnya. Alhamdulillah dengan izin Allah aku dapat
membaca seluruhnya dengan lancar.
Selesai acara orang tuaku segera memelukku.
Air matanya menangis. Aku yakin air mata itu adalah air mata bangga. Aku senang
bisa membuat mereka meneteskan air mata bangga itu. Bagiku air mata itu lebih
mahal dari mutiara. Andai aku bisa menyimpannya akan kusimpan dan kujaga
sebagai harta terindah yang aku dapat. Belum lama aku membuat orang tuaku
menangis sedih karena aku yang menyerah dan meminta untuk berhenti. Hari ini
aku kembali membuat mereka menangis kembali karena aku berhasil menghafal juzz
amma lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Meskipun aku belum bisa melebihi
rivalku itu.
Keesokan harinya aku terus mempercepat
hafalanku. Kali ini lebih santai karena aku mulai mendapatkan kemudahan dalam
menghafalnya. Dalam satu tahun aku berhasil menghafal sampai setengah juzz
lebih dari surat alBaqarah ditengah banyaknya santri yang tidak bisa mencapai
target menghafal juzz amma. Naik ke kelas dua, di pertengahan tahun aku
berhasil menghafal sampai tiga juzz. Duduk di kelas tiga aku berhasil mencapai
lima juzz dan di akhir tahun aku berhasil mencapai tujuh juzz. Target seorang
santri selama enam tahun di pondok adalah lima belas juzz atau setengah dari
alqur’an. Tapi aku menargetkan diriku untuk dapat menghafal seluruhnya sebelum
lulus dari pondok ini.
Mulai duduk di kelas empat seorang santri
mulai menjabat dalam organisasi. Aku mulai menemukan kesulitan baru dalam
menghafal alQur’an. Sore hari adalah waktu untuk mengulang – ulang hafalan.
Hafalan yang semakin banyak membuatku semakin kesulitan dalam melancarkan semua
hafalan itu dalam satu bacaan. Terkadang saat membaca ayat tertentu tiba – tiba
malah tersambung ka ayat lain. Hal itu sering terjadi sehingga mengacaukan
hafalan. Surat yang sering terlupakan adalah surat anNisa karena surat itu
banyak yang menjelaskan tentang wanita. Berbicara tentang wanita menggunakan
bahasa arab memang agaj sulit sehingga besar factor untuk terlupakan. Aku mulai
menyesuaikan antara penambahan hafalan dan pengulangan. Ini dilakukan untuk
melancarkan hafalan yang sudah kuraih meskipun hal ini memperlambat dalam
penambahan hafalan. Karena hal ini aku hanya berhasil menghafal sampai juzz ke
12 sebelum lulus.
****
Dalam mempelajari segala pelajaran di
pesantren aku harus melakukannya dengan penuh perjuangan. Jika sudah menghafal
terkadang aku harus mondar – mandir dengan buku ditanganku dan mulutku komat –
kamit mengulang – ulang yang harus kuhafal dengan suara yang tinggi. Pesantren
memang akan ramai jika para santri sedang belajar. Berjalan – jalan, mencari
tempat sepi, tempat luas, di kebun, atau sampai berguling – guling di lantai
beranda masjid. Semua dilakukan asalkan pelajaran itu dapat menempel di kepala.
Jika pelajaran itu sudah dapat kuhafal maka
aku akan berlatih menuliskan hafalan itu di sebuah buku yang sudah kusediakan
untuk ku coret – coret tanpa melihat teks aslinya. Dengan begitu bukan hanya
menghafal kalimatnya saja yang kiubisa, tapi juga menuliskannya.
Saat ujian tiba suasana akan berubah menjadi
panas. Olahraga dan perizinan ditutup. Semua santri diharuskan fokus pada
belajarnya saja. Ujian disini terbagi dua yaitu ujian syafahi dan ijian
tahriri. Ujian syafahi adalah ujian secara lisan. Terbagi menjadi tiga materi
yaitu bahasa arab, alqur’an, dan bahasa inggris. Terakhir baru ujian tahriri
atau ujian secara teks. Alhamdulillah atas izin Allah pada ujian kelas satu aku
dapat nilai yag sangat lumayan. Jika dikategorikan masuk nilai A dan selalu
bertahan tidak pernah turun selama aku tinggal di pondok ini.
Beranjak ke kelas dua seluruh pelajaran
menjadi berbahasa arab. Tidak ada pelajaran yang berbahasa Indonesia kecuali
pelajaran bahasa Indonesia. Namun karena bahasa arab disini sudah menjadi
bahasa sehari – hari maka hal ini menjadi biasa saja. Dalam menghafal pelajaran
aku juga sudah mulai mendapatkan kemudahan. Lama kelamaan aku tidak usah
berteriak – teriak lagi dalam menghafal. Aku cukup membacanya dengan nada biasa
beberapa kali maka akan terhafal sendiri. Kemudian aku mulai mampu menghafal
hanya dengan memperhatikan teksnya saja tanpa harus membacanya berulang – ulang
kali. Bahkan aku mulai mampu menghafal hanya dengan mendengarkan seseorang membacanya
sekali atau beberapa kali saja. Sungguh suatu nikmat Allah yang tak terhingga.
Sesuai janji Allah bahwa akan datang kemudahan setelah kesusahan. Dulu aku
harus mati – matian menghafal saat baru masuk ke pondok ini. tapi sekarang aku
tidak perlu melakukan itu lagi.
Prestasiku terus meningkat. Saat aku duduk di
kelas tiga, direktur pesantren menyediakan sebuah ruangan VIP untuk para santri
yang berprestasi. Aku termasuk santri yang mendapatkan ruang itu. Di dalamnya
aku mendapatkan fasilitas yang lengkap. Kamar mandi sendiri sehingga tidak
perlu mengantri panjang lagi, dapur sendiri sehingga tidak perlu mengantri
makan lagi, study tour setiap minggunya, diberikan televisi, radio dan
komputer. Semua ini hanhya dimiliki oleh para santri yang tinggal di VIP.
Selain fasilitas yang lengkap juga banyak pembinaan – pembinaan dalam bidang
keilmuan yang lebih dari santri biasa. Aku serasa tinggal di rumah saja di
ruang VIP ini. Namun para santri yang telah berhasil memasuki ruangan ini tidak
bisa bersantai saja karena setiap usai ujian akan selalu ada seleksi. Mereka
yang nilainya mencapai target akan diperkenankan tinggal di VIP, sebaliknya
bagi yang nilainya turun dari target akan keluar dari VIP menuju kamar biasa.
Alhamdulillah aku berhasil bertahan di ruang ini sampai akhirnya aku mulai
pindah ke ruang organisasi saat mulai menjadi pengurus, sedangkan ruang VIP
diganti dengan beasiswa sebagai reward untuk para santri yang berprestasi.
****
[1] Pembacaan hafalan alqur’an dengan disaksikan orang banyak
Judul: Episode 8 _Semangat Baru_
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Aghry
Jika Anda Suka Tulisan Ini, Mohon dishare ke teman - teman juga ya agar mereka juga dapat menikmati. Berikan juga penghargaan pada tulisan ini dengan menekan tombol G+. Mohon kesan dan kritiknya juga di komentar guna memperbaiki tulisan ini. Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Aghry
Jika Anda Suka Tulisan Ini, Mohon dishare ke teman - teman juga ya agar mereka juga dapat menikmati. Berikan juga penghargaan pada tulisan ini dengan menekan tombol G+. Mohon kesan dan kritiknya juga di komentar guna memperbaiki tulisan ini. Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...
0 comments:
Posting Komentar