Rabu, 31 Juli 2013

Episode I _ Kota Ilmu _

Kota Ilmu
  Langit terlihat cerah. Senandung kicauan burung yang sedang berzikir pada sang kuasa turut menghiasi hari. Membuat hari semakin indah, seindah pemandangan yang sedang kunikmati.
Dari sebuah jendela kaca aku dapat melihat sebagian aktivitas yang ada di lingkungan ini. Di beranda masjid sebelah barat terlihat
para santri yang sedang bersorak – sorakan membaca pelajaran yang sedang mereka hafal. Berbeda dengan gedung sebelah timur, disana para pelajar sangat tenang membaca buku – buku yang mereka genggam. Di jalan – jalan banyak orang – orang berjalan dan duduk di pinggir – pinggir sambil membaca buku. Dimana mata memandang akan segera terlihat ornag yang sedang membaca. Mereka semua sangat bersemangat dalam mencari ilmu – ilmu Allah yang sangat luas.
Dari wajah mereka sepertinya mereka bukan saja dari satu daerah saja. Mereka semua datang ke tempat ini dari berbagai tempat bahkan Negara. Semuanya datang dengan tujuan yang sama. Menuntut ilmu, itulah tujuan mereka.
Kota Depok, kota yang terletak di antara kota Jakarta dan Bogor, Kini menjadi sebuah pusat kajian ilmu di Indonesia untuk semua warganya, bahkan seluruh penjuru dunia. Karena disinilah tempat refrensi ilmu terlengkap di dunia. Dan tempat berkumpulnya orang – orang hebat berjiwa ikhlas. Tempat ini, tempat harapan lahirnya generasi – generasi manusia bermanfaat. Islamic Center, Ulumul Qur’an.
****
  Berawal dari sebuah yayasan kecil tempat anak – anak kecil belajar mengaji, kemudian berkembang menjadi sebuah pondok pesantren, dan terus berkembang hingga menjadi sebuah pusat ilmu. Dan ini semua dulunya hanyalah sebuah mimpi yang ditertawakan.
Kondisi anak bangsa yang kurang akan pendidikan agama mendorong seorang dermawan bernama H. Rojam untuk membuat sebuah TPA atau Taman Pendidikan Al-Qur’an. TPA ini menarik hingga ratusan orang untuk turut belajar Al-Qur’an di TPA tersebut. Melihat banyaknya minat orang – orang yang ingin lebih mempelajari Islam maka pada tahun 1992 almarhum H. Rojam mewakafkan tanahnya seluas empat hektar di sebuah desa bernama Duren Mekar di daerah Depok itu untuk dibangun sebuah Pondok Pesantren. Pesantren ini dipimpin oleh anaknya sendiri yang pernah menyelesaikan pendidikannya di sebuah pesantren besar di Jawa, Darussalam Gontor. Mulailah pembelajaran dengan metode Pondok ini hanya menggunakan sebuah gedung yang dulunya hanya sebuah TPA. Santri – santrinya pun mendapatkan waktu lebih lama dalam belajar karena mereka tinggal di Pondok.
Namun sangat disayangkan. Ketika dimulainya metode Pondok itu ratusan anak sebelumnya berkurang dan tersisa para santri yang hanya berjumlah belasan. Tapi hal ini tidaklah membuat almarhum menyerah. Ia tetap memperuangkan pesantren ini meski dengan guru dan murid yang sedikit. Infak makan tiga hari sekali selama satu bulan hanya sebesar Rp. 20.000,00 dan guru – guru yang mengajar disitu semuanya tidak ada yang mengharapkan imbalan. Pesantren itu di isi dengan orang – orang yang berjwa ikhlas dan terus berjalan hingga H. Rojam di panggil Sang Kuasa dan perjuangannya masih diteruskan oleh anaknya K.H. Edi Junaidi, S,Ag.
Jiwa ikhlas dan uang makan yang hanya sebesar dua puluh ribu masih terus terjaga, bahkan sampai hari ini. Santri yang sudah lulus dari pesantren kemudian mengabdikan dirinya untuk mengajar di pesantren ini dengan ikhlas. Kurikulum yang digunakan memang menggunakan kurikulum KMI seperti di gontor atau Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah berarti tempat persemayaman guru – guru islam. Sedangkan nama pesantren ini bernama Ulumul Qur’an berarti ilmu – ilmu alQur’an karena semua ilmu di dunia ini sesungguhnya semua terkandung dalam alQur’an.
Pesantren ini mulai ku singgahi pada tahun 2004 atau setelah aku lulus dari sekolah dasar. Enam tahun lamanya aku tinggal di pesantren ini. Sedangkan di luar sana terjadi kemunduran dalam pendidikan. Anak – anak yang sebaya denganku menjadi gemar dalam keributan – keributan seperti tauran. Pergaulan semakin bebas dan guru – gurunya banyak yang hanya menjadikan pendidikan sebagai bisnis. Aku jadi merasa beruntung disini dengan pergaulanku yang terjaga baik dan memiliki guru – guru yang menjadikan pendidikan sebagai pengabdian di jalan Allah. Ilmu – ilmu mereka juga terjaga karena berasal dari guru – guru yang memang memiliki sanad guru yang tersambung hingga ke Rasulullah saw sehingga aku merasa aman dalam mengkonsumsinya.
Namun melihat kondisi pendidikan di luar yang seperti itu sang kiai ingin mengembangkan pendidikan di pesantren ini sehingga lebih banyak yang berminat dan bisa menikmati pendidikan disini. Sampai hari kelulusanku beliau berhasil mengembangkan keilmuan dalam kitab – kitab berbahasa Arab dan hafalan Qur’an. Selain itu bahasa Inggris, sosialisasi, dan teknologi semakin berkembang. Sungguh sebuah awal perkembangan yang sangat baik hingga beliau bermimpi menjadikan tempat ini sebagai sebuah pusat kajian Ilmu di Negara ini. Kota Depok yang terletak antara Jakarta dan Bogor ini akan segera menjadi sebuah Islamic Center. Namun tetap memiliki tenaga pengajar yang memang berjiwa ikhlas. Yang hanya berharap kemajuan untuk murid – muridnya dan ridho Allah untuknya, bukan uang.
Sayangnya masih ada satu hal yang sangat kurang di pesantren ini, Sains. Kemudian entah kenapa sang kiai mempercayakan hal ini padaku, hanya diriku. Aku yang merasa kurang wawasan dalam bidang ini karena berasal dari pesantren ini juga merasa ragu akan mampu di bidang ini. Selain itu aku juga memiliki mimpi yang sedang ku perjuangkan. Namun beliau sangat percaya padaku. Melihat kepercayaan yang begitu besar menumbuhkan keyakinan dalam diriku bahwa aku juga mampu dalam bidang ini dan akan kuperjuangkan. Kusatukan mimpi itu dengan mimpiku. Sehingga lengkaplah para pejuang – pejuang yang bertarung di medan perang untuk meraih mimpi yang sulit untuk dibayangkan itu. Namun inilah mimpi. Meskipun banyak orang yang mendengarnya seketika mentertawakannya. Namun aku percaya, Allah pasti mendengarnya dan akan menjawabnya bukan mentertawakannya juga.
****
  Hari ini sudah mencapai tahun 2030 yang berarti tempat ini sudah berumur 38 tahun. Jumlah yang sama dengan umurku. Dan hari ini juga Allah sudah menjawab semuanya. Target yang harus kulalui sepuluh tahun yang lalu sudah kuraih. Dan tempat ini sudah berubah sesuai dengan yang diimpikan bahkan lebih dari itu. Tempat ini bukan hanya menjadi pusat ilmu untuk Indonesia, tapi dunia. Sungguh Allah telah menjawabnya dengan berlimpah – limpah. Dan aku sendiri yang memimpinnya.
Dulu tempat ini hanya seluas empat hektar dan sekarang menjadi puluhan kali lipat luasnya. Terbagi menjadi dua tempat dan terpisah antara kaum adam dan hawa. Meskipun semua ini dipimpin dalam satu kepemimpinan namun aku lebih banyak terjun di tempat kaum adam. Sedangkan untuk tempat para kaum hawa dipimpin oleh orang yang duduk disebelahku. Seorang perempuan yang telah banyak membantuku dalam memperjuangkan ini semua. Yang tak pernah lelah membangkitkan semangat dalam diriku ketika aku rapuh. Yang dulunya bukan siapa – siapa dan sekarang telah menjdi istriku tercinta. Dan kami berdua akan membangun mahligai rumah tangga seperti rumah tangga Nabi dan istrinya Khadijah. Memimpin umat Islam, menjadi orang besar dan bermanfaat dengan hiasan romantika sebuah cinta dalam sebuah rumah tangga. Dan akan selalu berpasangan selamanya dalam kebahagiaan dunia sampai akhirat.
Sungguhlah Allah telah menciptakan semua ini dengan penuh kesempurnaan. Cintanya yang membuat ini semua menjadi sempurna. Ia ciptakan manusia dengan banyak kekurangan namun kemudian Ia ciptakan pula pasangannya yang akan melengkapi. Dan semua yang ada disini sungguh terwujud dengan adanya cinta. Istriku tercinta yang akan selalu melengkapi. Orang tuaku sebagai sang juara. Guru – guruku yang mengantarku sampai kesini. Dan sahabat – sahabat yang selalu setia menemani. Semua kini berhasil menjadi besar karena adanya cinta.
Mimpi – mimpiku yang dulu hanya bisa kutempel membentuk sebuah kliping dan menjadi sekedar hiasan lemari. Menjadi orang besar, dapat berdakwah melalui karya – karya tulis dan menjadi novelis nomor satu, mengelilingi dunia dan  selalu bermanfaat dimanapun berada. Itu semua masih tertempel di kliping dan sudah menjadi sangat lusuh. Namun hari ini juga Allah telah menjawab semua.
Hari itu aku mengorbankan mimpiku yang harusnya segera kuwujudkan demi mewujudkan mimpi guruku demi untuk umat. Dan sandiwara langit membuat semua mimpi terwujud. Mimpi guruku telah menjadi nyata. Pesantren ini sudah menjadi sebuah tempat pusat orang – orang belajar. Dan berkumpulnya orang – orang hebat yang jiwanya diabdikan olehnya di jalan Allah. menjadi sebuah persemayaman para guru – guru yang benar – benar menginginkan murid – muridnya berhasil. Dan menyelesaikan semua permasalah pendidikan di Negara ini. Terus mencetak manusia lebah yang akan selalu bermnfaat dimanapun ia singgah. Tempat perjuangan, bermimpi, belomba – lomba dalam kebaikan, dan akhirnya menuju dalam keridhoan Allah Ta’ala.
Aku yang telah berhasil mencoba mencicipi pendidikan di sebuah Negara impian tempat sejarah para nabiyyullah. Sebuah universitas tertua di dunia, Al-Azhar, Kairo. Sungguh luasnya ilmu Allah sehingga semakin lapar aku menimba ilmu maka semakin bodoh aku merasa karena akan selalu kudapatkan misteri – misteri yang membodohiku dengan ketidak tahuanku. Di tempat itu aku berhasil banyak mengungkap banyak tanda – tanda kebesaran tuhan.
Sekianya aku merasa cukup mapan untuk berumah tangga. Akupun mempersiapkan untuk menikahi seorang wanita yang telah kuanggap pantas untuk menemaniku berlabuh di dunia ini menuju bendera keridhoan Allah. Dan akan menjadi catatan sejarah terindah dalam hidupku karena pernikahan ini akan kulaksanakan di sebuah kota indah yang selalu menjadi impianku untuk beromantika bersama jodoh yang Allah berikan. Alexandria. Sungguh sangat bahagia bisa menikmati kota itu bersama istri tercinta sambil memandang indahnya sungai Nil.
Setelah mendapat gelar Lc aku meneruskan langkahku menuju sebuah Negara tempat para penulis belajar, Paris. Kubawa serta istriku agar aku selalu terjaga dari fitnah – fitnah yang berbahaya di kota yang berbudaya barat ini. Bersama sang istri yang penuh dengan inspirasi hidupku tak kusia – siakan kesempatan itu untuk mengembangkan bakat – bakat menulis yang tadinya hanya menjadi sebuah kegiatan pengisi kekosongan. Inilah cita – citaku. Dan melalui karya – karyaku ini akan ku syiarkan agama Allah. Menuangkan isinya dengan ilmu – ilmu yang kumiliki sehingga aku bisa mengamalkan ilmu yang kumiliki. Dan dengan ilmu – ilmu itu karya – karyaku akan menyihir para pembaca untuk kembali merenungkan tanda – tanda kebesaran Allah sehingga mendekatkan mereka kepada Sang Kholik.
Setelah puas mengembangkan bakat di kota impian selanjutnya aku kembali melangkah ke sebuah kota tempat perjuangan seorang kekasih Allah. Tempat yang banyak menyimpan sejarah dari seorang nabi tercinta. Kota Madinah. Disinilah aku belajar kehidupan tentangnya. Kehidupan yang selalu menjadi panutan semua orang. Belajar disini aku serasa lebih dekat dengannya. Sungguh ia adalah seorang manusia sempurna.
Puas mengelilingi dunia yang kuimpikan aku kembali ke Negara yang paling kucinta yang sebelumnya aku sempatkan mampir untuk menjawab panggilan Allah bersama istriku di Masjidil Haram, Indonesia. Aku harus mengembangkan ilmu – ilmu yang aku peroleh dari perjalananku. Dan mulai lebih mengembangkan pesantren yang sangat kucinta. Dulu disinilah aku mulai bermimpi dan disini aku mulai berkembang. Aku mulai membuat karya – karya yang sarat akan ilmu. Dan kubuat sebuah perpaduan antara agama dan sains yang sangat menyadarkan kita akan kebesaranNya.
Membuat sebuah pusat ilmu berlandaskan alQur’an. Mengelilingi dunia. Menjadi seorang novelis nomor satu dan menjadi seorang guru besar. Ini semua akhirnya terwujud. Dengan ini semua aku akan membawa perubahan pada dunia ini. Perubahan menuju arah yang lebih baik dan diridhoi olehNya. Bersama para pejuang yang lain, akan kugoncangkan dunia ini.
Sungguh semua berasal dari sebuah mimpi yang sangat gila. Dan akan selalu membuat orang – orang yang membacanya tertawa. Tapi akan lain ceritanya jika Allah sudah menjawabnya. Meskipun melalui jalan yang berduri akan selalu kulalui itu.
Aku teringat akan sebuah jalan mengantarku menuju kesini. Sungguh sangat menyadarkanku akan kebesaranNya. Berawal dari sebuah tempat awal ku mulai bermimpi. Oh bukan, sebelum aku lahir. Ini semua juga berkat campur tangan kedua orang tuaku. Dan mereka yang telah menjadi orang – orang yang berharga dalam hidupku. Sebuah kisah yang mengantarku menuju kesini. Awal aku menyambut dunia dan mendapatkan sebuah nama “Aghry Wiranata Anugrah” dari kedua orang tua, dan kini nama itu menjadi sangat panjang, “Proff. Dr. K.H Aghry Wiranata Anugrah, Lc MA.”
****
Judul: Episode I _ Kota Ilmu _
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Aghry

Jika Anda Suka Tulisan Ini, Mohon dishare ke teman - teman juga ya agar mereka juga dapat menikmati. Berikan juga penghargaan pada tulisan ini dengan menekan tombol G+. Mohon kesan dan kritiknya juga di komentar guna memperbaiki tulisan ini. Terima Kasih Atas Kunjungan Anda...

0 comments:

Posting Komentar

 
;